Rabu, 22 Juli 2009

ILMU MURNI DAN ILMU TERAPAN

BATAS-BATAS PENJELAJAHAN ILMU

Ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Fungsi ilmu yakni sebagai alat pembantu manusia dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. Ilmu diharapkan membantu kita memerangi penyakit, membangun jembatan, irigasi, membangkitkan tenaga listrik, mendidik anak, memeratakan pendapatan nasional dan sebagainya. Persoalan mengenai hari kemudian tidak akan kita tanyakan kepada ilmu, melainkan kepada agama, sebab agamalah pengetahuan yang mengkaji masalah-masalah seperti itu. Ilmu-ilmu murni kemudian berkembang menjadi ilmu-ilmu terapan, seperti contoh dibawah ini :
ILMU MURNI ILMU TERAPAN
Mekanika Mekanika Teknik
Hidrodinamika Teknik Aeronautikal /
Teknik & Desain Kapal
Bunyi Teknik Akustik
Cahaya & Optik Teknik Iluminasi
Kelistrikan / Teknik Elektronik /
Magnestisme Teknik Kelistrikan
Fisika Nuklir Teknik Nuklir
Cabang utama ilmu-ilmu sosial yakni antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan manusia), ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhannya lewat proses pertukaran), sosiologi (mempelajari struktur organisasi sosial manusia) dan ilmu politik (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bernegara).
Cabang utama ilmu-ilniu sosial yang lainnya mempunyai cabang-cabang lagi seperti antropologi terpecah menjadi lima yakni, arkeologi, antropologi fisik, linguistik, etnologi dan antropologi sosial/kultural, semua itu kita golongkan ke dalam ilmu murni.
Ilmu murni merupakan kumpulan teori-teori ilmiah yang bersifat dasar dan teoritis yang belum dikaitkan dengan masalah kehidupan yang bersifat praktis. Ilmu terapan merupakan aplikasi ilmu murni kepada masalah-masalah kehidupan yang mempunyai manfaat praktis.
Banyak sekali konsep ilmu-ilmu sosil “murni” dapat diterapkan langsung kepada kehidupan praktis, ekonomi umpamanya, meminjam perkataan Paul Samuelson, merupakan ilmu yang beruntung (Fortunate) karena dapat diterapkan langsung kepada kebijaksanaan umum (public policy).
Di samping ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, pengetahuan mencakup juga humaniora dan matematika. Humaniora terdiri dari seni, filsafat, agama, bahasa dan sejarah. Matematika bukan merupakan ilmu, melainkan cara berpikir deduktif. Matematika merupakan sarana yang penting dalam kegiatan berbagai disiplin keilmuan, mencakup antara lain, geometri, teori bilangan, aljabar, trigonometri, geometri analitik, persamaan diferensial, kalkulus, topologi, geometri non-Euclid, teori fungsi, probabilitas dan statistika, logika dan logika matematika.

Jarum Sejarah Pengetahuan
Sebelum Charles Darwin menyusun teori evolusinya kita menganggap semua makhluk adalah serupa yang diciptakan dalam bentuk yang sama. Wajar saja kalau dalam kurun waktu itu tidak terdapat perbedaan antara berbagai pengetahuan. Pokoknya segala apa yang kita ketahui adalah pengetahuan. Metode “ngelmu” yang akhir-akhir ini mulai pop lagi, yang tidak membedakan antara berbagai jenis pengetahuan, mungkin dapat dianggap sebagai metode yang bersifat universal pada waktu itu.
Dengan berkembangnya abad penalaran maka konsep dasar berubah dari kesamaan kepada pembedaan. Mulailah terdapat pembedaan yang jelas antara pengetahuan, yang mengakibatkan timbulnya spesialisasi pekerjaan dan konsekuensinya mengubah struktur kemasyarakatan.
Salah satu cabang itu yang berkembang menurut jalannya sendiri adalah ilmu yang berbeda dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya terutama dalam segi metodenya. Metode keilmuan adalah jelas sangat berbeda dengan ngelmu yang merupakan paradigma dari abad pertengahan, demikian juga ilmu dapat dibedakan dari apa yang ditelaahnya serta untuk apa ilmu itu dipergunakan.
Secara metafisik ilmu mulai dipisahkan dengan moral. Berdasarkan obyek yang ditelaah mulai dibedakan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Dari cabang ilmu yang satu sekarang ini diperkirakan berkembnag lebih dari 650 ranting disiplin keilmuan. Perbedaan yang makin terperinci ini menimbulkan keahlian yang makin spesifik pula.
Pendekatan inter-disipliner memang merupakan keharusan, namun dengan tidak mengaburkan otonomi masing-masing disiplin keilmuan yang telah berkembang berdasarkan route-nya masing-masing, melainkan dengan menciptakan paradigma baru. Paradigma ini adalah bukan ilmu melainkan sarana berfikir ilmiah seperti logika, matematika, statistika, dan bahasa.

Pengetahuan
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama.
Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental. Tiap jenis pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan tertentu yang diajukan. Secara Ontologis ilmu membatasi diri pada kajian obyek yang berada dalam lingkup pengalaman manusia, sedangkan agama memasuki daerah penjelajahan yang bersifat trasendental yang berada di luar pengalaman kita.
Cara menyusun pengetahuan dalam kajian filsafati disebut epistemologi, dan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah.
Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun.
Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab permasalahan kehidupan yang sehari-hari dihadapi manusia. Pemecahan tersebut pada dasarnya adalah dengan meramalkan dan mengontrol gejala alam. Untuk bisa meramalkan dan mengontrol sesuatu, maka kita harus menguasai pengetahuan yang menjelaskan peristiwa itu.
Seni, pada sisi lain pengetahuan mencoba mendeskripsikan sebuah gejala dengan sepenuh-penuhnya makna. Kalau ilmu mencoba mengembangkan sebuah model yang sederhana mengenai dunia empiris dengan mengabstraksikan realitas menjadi beberapa variabel yang terikat dalam sebuah hubungan yang rasional, maka seni (paling tidak seni sastra), mencoba mengungkapkan obyek penelaahan itu sehingga menjadi bermakna bagi pencipta dan mereka yang meresapinya. Seni menurut Moehtar Lubis, merupakan produk dari daya inspirasi dan daya cipta manusia yang bebas dari cengkraman dan belenggu berbagai ikatan. Karya seni ditujukan untuk manusia, dengan harapan bahwa pencipta dan obyek yang diungkapkan mampu berkomunikasi dengan manusia yang memungkinkan dia menangkap pesan yang dibawa karya seni itu.
Ilmu mencoba mencarikan penjelasan mengenai alam menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal. Sebaliknya seni tetap bersifat individual dan personal, dengan memusatkan perhatiannya pada “pengalaman hidup manusia perseorangan”. Somerset Maugham menyimpulkan bahwa manusia memuliakan dirinya justru lewat pengalaman (penderitaan) orang lain.
Gejala alam merupakan pencerminan dari kepribadian dan kelakuan manusia dan karena pada waktu itu gejala alam sukar diramalkan, maka berkembanglah tokoh-tokoh supra natural, seperti munculnya dewa-dewa yang pemarah, pendendam, atau mudah jatuh cinta disamping berkeampuhan yang luar biasa. Sesuai dengan pengetahuan mereka mengontrol timbulnya gejala alam yang berupa malapetaka adalah identik dengan mengarahkan kelakuan para dewa yang bersangkutan. Dengan mempelajari alam mereka mengembangkan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis. Lalu berkembanglah pengetahuan yang berakar pada pengalaman berdasarkan akal sehat (Common sense) yang didukung oleh metode mencoba-coba (trial-and error).
Perkembangan ini menyebabkan tumbuhnya pengetahuan yang disebut seni terapan (applied arts) yang mempunyai kegunaan langsung dalam kehidupan badani sehari-hari disamping “seni halus” (fine arts) yang bertujuan untuk memperkaya spiritual.
Seni terpakai ini pada hakikatnya mempunyai dua ciri yakni pertama, bersifat deskriptif dan fenomenologis dan, kedua ruang lingkup terbatas. Sifat deskriptif ini mencerminkan proses pengkajian yang menitikberatkan kepada penyelidikan gejala-gejala yang bersifat empiris tanpa kecenderungan untuk pengembangan postulat yang bersifat teoritis atmistis. Sifat terbatas dari seni terapan juga tidak menunjang berkembangnya teori-teori yang bersifat umum seperti teori gravitasi Newton dan teori medan elektromagnetik Maxwell, sebab tujuan analisisnya bersifat praktis.
Pada peradaban tertentu perkembangan seni terapan ini bersifat kuantitatif artinya perkembangannya ditandai dengan terkumpulnya lebih banyak lagi pengetahuan-pengetahuan yang sejenis. Sedangkan pada peradaban lain pengembangannya bersifat kualitatif artinya dikembangkan konsep-konsep baru yang bersifat mendasar dan teoritis. Akal sehat dan cara coba-coba mempunyai peranan penting dalam usaha manusia untuk menemukan penjelasan mengenai berbagai gejala alam.
Randall dan Buchler mendefinisikan akal sehat sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat pengalaman yang tidak disengaja yang bersifat sporadis dan kebetulan. Sedangkan karakteristik akal sehat diberikan oleh Titus sebagai berikut: (1) karena landasannya yang berakar pada adat dan tradisi maka akal sehat cenderung untuk bersifat kebiasaan dan pengulangan; (2) karena landasannya yang berakar kurang kuat maka akal sehat cenderung untuk bersifat kabur dan samar-samar; (3) karena kesimpulan yang ditarik berdasarkan asumsi yang tidak dikaji lebih lanjut maka akal sehat lebih merupakan pengetahuan yang tidak teruji.
Ilmu mempunyai dua peranan (Bentrand Russell), pada satu pihak sebagai metafisika sedangkan pada pihak lain sebagai akal sehat yang terdidik (Educated common sense). Dalam kaitan ini berkembanglah metode eksperimen yang merupakan jembatan antara penjelasan teoritis yang hidup di alam rasional dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris. Secara konseptual metode eksperimen dikembangkan oleh sarjana muslim dan secara sosiologis dimasyarakatkan oleh Francois Bacon.
Pengembangan metode eksperimen mempunyai pengaruh penting terhadap cara berfikir manusia sebab dengan demikian maka dapat diuji berbagai penjelasan teoritis apakah sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak. Dengan demikian maka berkembanglah metode ilmiah yang menggabungkan cara berfikir deduktif dan induktif. Dengan berkembangnya metode ilmiah dan diterimanya metode ini sebagai paradigma oleh masyarakat keilmuan maka sejarah kemanusiaan menyaksikan perkembangan pengetahuan yang sangat pesat.

1 komentar: